Kamis, 28 Februari 2013

HAK PREROGATIF ALLAH



Keprihatinan mendalam yang dirasakan Rasulullah yang ingin mengislamkan pamannya, yaitu Abu Thalib tidak mendapatkan ridlo Allah SWT. Abu Thalib hingga akhir hayatnya tidak mengimani ajaran islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, keponakannya sendiri. Karena Allah SWT tak memberikan hidayah kepada pamannya itu. “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki_Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashshash: 56).
Hidayah merupakan hak prerogatif Allah yang hanya diberikan kepada manusia yang dikehendaki_Nya. Bersyukurlah kita yang meski hidup jauh dari zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, kita diberi nikmat berupa hidayah untuk mengimani Allah dan Rasul_Nya. Hal ini merupakan atas kehendak dan ridlo Allah SWT.
Tidakkah kita melihat perjuangan Nabi Nuh AS yang berdakwah sekian lama demi mengajak umatnya beriman kepada Allah SWT? Namun, hingga usianya hampir seribu tahun (950 tahun), hanya sedikit kaumnya yang beriman kepada Allah SWT. Bahkan anak dan istri yang disayanginya juga tidak mengindahkan seruan Nabi Nuh AS untuk beriman kepada Allah SWT.
Kisah lainnya seperti yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS. Hidup di tengah-tengah orang yang menyembah berhala dan menyekutukan Allah SWT, Nabi Ibrahim AS yang kokoh mengimani Allah SWT tak mampu mengajak oorang tuanya untuk mengikuti ajaran yang dibawanya. “Dan demikianlah Kami perlihatkan tanda-tanda keagungan yang ada di langit dan di bumi agar dia termasuk orang-orang yang yakin.” (QS Al An’am: 75).
Dengan menyadari bahwa kita yang bukan siapa-siapa ini diberikan hidayah oleh Allah untuk mengenal keagungan_Nya, sudah selayaknya kita banyak bersyukur atas hal tersebut. Selain itu, kita juga harus terus menjalankan segala perintah_Nya dan menjauhi semua yang dilarang_Nya agar nikmat keimanan itu tidak lepas dari badan.
Betapa sengsara dan celakanya bila Allah telah mencabut hidayah itu dari diri kita sebagaimana Allah mencabut hidayah_Nya dari orang-orang yang suka berbuat durhaka dan aniaya. Hidayah itu begitu mahal karena ia akan mengantarkan seseorang pada kasih sayang Allah dan surga_Nya.  “Dan Allah selalu memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki_Nya kepada jalan yang lurus.” (QS Al Baqarah [2]: 213).