Senin, 19 Desember 2011

santri kalong: Kecamatan Keling

santri kalong: Kecamatan Keling: Kecamatan Keling Asal usul nama Keling berasal dari nama Kerajaan Kalingga, yang menjadi kata Keling. Administrasi Dengan adanya pemekar...

santri kalong: UPACARA TINGKEPAN

santri kalong: UPACARA TINGKEPAN: UPACARA TINGKEPAN Tingkepan adalah sebuah acara adat yang dilakukan untuk permohonan atau doa bagi s...

santri kalong: dangdut di jepara mendarah daging

santri kalong: dangdut di jepara mendarah daging: Dangdut di Jepara Mendarah Daging MUSIK dangdut yang memiliki ciri khas pada alat musik kendang dan seru...

Minggu, 04 Desember 2011

UPACARA TINGKEPAN

UPACARA TINGKEPAN
Tingkepan adalah sebuah acara adat yang dilakukan untuk permohonan atau doa bagi seorang perempuan yang baru pertama kali hamil yaitu pada saat usia kehamilan memasuki bulan ke empat (neloni) dan pada masa kehamilan memasuki bulan ke tujuh (mitoni), dengan istilah neloni mitoni atau tingkepan.
Saat janin (embrio) berusia 120 hari (atau 4 bulan) dimulailah kehidupan dengan ruh, dan saat inilah ditentukan bagaiamana ia berkehidupan selanjutnya, di dunia sampai akhirat: “ditentukan rezekinya, ajalnya, langkah-langkah prilakunya, dan sebagai orang yang celaka atau orang yang beruntung”.
Maka menyongsong penentuan ini, hendaklah diadakan upacara tingkepan yaitu berdoa (sebagai sikap bersyukur, ketundukan dan kepasrahan); mengajukan permohonan kepada Allah agar nanti anak lahir sebagai manusia yang utuh sempurna, yang sehat, yang dianugrahi rezeki yang baik dan lapang, berumur panjang yang penuh dengan nilai-nilai ibadah, beruntung di dunia dan akhirat. Begitu pula hendaklah bersedakah. Seperti yang kita ketahui bahwa doa dan sedekah adalah dua kekuatan yang bisa menembus takdir.  
Adalah indah sekali suatu tradisi yang disebut tingkepan sebagai upacara dengan meminta kepada sejumlah orang untuk berdoa dan mendoakan, juga disana ada bentuk sedekah. Tetapi langkah tidak bijak ketika kita mengada-adakan sedekah dalam keadaan tidak berkemampuan. Sedekah yang paling baik adalah ketika kita berkondisi sehat, terdorong kebakhilan dan berharap hidup panjang (yang penuh dengan kebutuhan dan keinginan)





Sabtu, 03 Desember 2011

dangdut di jepara mendarah daging


Dangdut di Jepara Mendarah Daging
MUSIK dangdut  yang memiliki ciri khas pada alat musik kendang dan seruling yang sekarang lebih akrab dengan sebutan dangdut koplo sudah menjadi bagian bahkan menjadi kebutuhan hidup masyarakat Jepara.
Sejak era 60-an dangdut sudah akrab di telinga publik Kota Ukir dengan beberapa grup musik yang cukup populer, seperti Bintang Pagi, Surya Pagi, dan Merah Delima. Bahkan, menurut Aris Isnandar, Ketua Persatuan Artis Melayu Indonesia (PAMI) Jepara, dangdut di Jepara merupakan barometer di Jawa Tengah.
Saat ini, ada sekitar 156 grup musik dangdut di Jepara. Pemain musik yang terlibat di dalamnya sekitar 780 orang dengan rata-rata satu grup musik beranggotakan lima orang. Sementara jumlah penyanyi sekitar 80 orang.
Perkembangan itu menunjukkan potensi musik dangdut di Jepara yang sudah mendarah daging di masyarakat jepara.

“Mengutip tulisan A. Efendi, "Mengenai dangdut Jepara merupakan barometer Jawa Tengah adalah ucapan langsung dari Rhoma Irama. Saya dengar langsung dari mulut beliau. Salah satu bentuknya memang nuansa atau perkembangan dangdut di Jepara memang luar biasa dibandingkan daerah lain. Artis level nasional, seperti Jamal Mirdad dan Susi KDI juga dari Jepara,” kata Aris.

Menurutnya, perkembangan awal dangdut di Jepara adalah hobi. Berangkat dari hal itu, bermunculan grup-grup musik dangdut.

Soal inovasi, jenis musik dangdut Jepara sangat cepat beradaptasi. Jenis dangdut koplo merupakan salah satu jenis aliran yang menjadi penghilang dahaga maniak dangdut meskipun tidak lantas menghilangkan jenis musik dangdut yang asli.

”Adanya dangdut koplo merupakan respons terhadap pasar,” terang Aris.

Namun, musik dangdut bukan tanpa problem. Hal itu pun dialami jenis musik yang lain. Dangdut dalam beberapa kasus tak jarang menjadi pemicu tawuran.

”Dangdut adalah seni yang seharusnya dilestarikan dan dinikmati. Jangan kemudian menjadi ajang kemaksiatan dan tawuran. Joget juga ada etikanya, sehingga jangan berlebihan. Kalau ini bisa dimengerti para pecinta dangdut, tentu citra yang muncul di masyarakat adalah positif.

Kecamatan Keling


Kecamatan Keling
Asal usul nama Keling berasal dari nama Kerajaan Kalingga, yang menjadi kata Keling.
Administrasi
Dengan adanya pemekaran wilayah dua kecamatan baru yaitu kecamatan Donorojo dan kecamatan Pakis Aji sesuai peraturan daerah kabupaten Jepara Nomor 17 tahun 2007 tentang Pembentukan kecamatan Pakis Aji dan kecamatan Donorojo serta penataan kecamatan Mlonggo dan kecamatan Keling, maka beberapa desa yaitu desa-desa: Bandungharjo, Banyumanis, Blingoh, Clering, Jugo, Sumberejo, Tulakan, dan Ujungwatu selanjutnya menjadi wilayah kecamatan Donorojo.
Sejarah
Di daerah ini konon pernah berdiri sebuah kerajaan dengan peradaban cukup maju pada abad ke-5 bernama Kalingga yang pernah diperintah oleh ratu Shima. Konon ratu ini sangat tegas dan memiliki peraturan terhadap rakyatnya barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya. Bekas kerajaan ini diperkirakan perbukitan-perbukitan yang mencurigakan di sekitarnya sebagai tempat melihat laut pada zaman dahulu.
Pariwisata
• Candi Angin, di Tempur
• Candi Bubrah, di Tempur
• Kali Ombo, di Tempur
Kesehatan
• RSUD Keling (yang dulu RS. Kusta, tetapi masih melayani pasien kusta), di Kelet
• Puskesmas Keling 1, di Kelet
• Puskesmas Keling 2, di Keling
Perekonomian
• Pasar Keling, di Keling
• Pasar Kelet, di Kelet
Olahraga
Persatuan Sepak Bola Kelet adalah klub yang berasal dari Kelet yang mengikuti kompetisi Liga Jepara Devisi I.
PRODUK UNGGULAN
• KOPI (Tersebar di Tempur, Watuaji, Damarwulan, Klepu, Kunir)
• Pengolahan Kapuk, di Keling
Desa/kelurahan
1. Bumiharjo
2. Damarwulan
3. Tempur
4. Gelang
5. Jlegong
6. Kaligarang
7. Kelet
8. Keling
9. Klepu
10. Kunir
11. Tunahan
12. Watuaji

Jumat, 02 Desember 2011

agama


Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Jadi fungsi agama dalam pengertian ini memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya tidak kacau. Karena itu menurut Hinduisme, agama sebagai kata benda berfungsi memelihara integritas dari seseorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan realitas tertinggi, sesama manusia dan alam sekitarnya. Ketidak kacauan itu disebabkan oleh penerapan peraturan agama tentang moralitas,nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang, dimaknai dan diberlakukan.
Pengertian itu jugalah yang terdapat dalam kata religion (bahasa Inggris) yang berasal dari kata religio (bahasa Latin), yang berakar pada kata religare yang berarti mengikat. Dalam pengertian religio termuat peraturan tentang kebaktian bagaimana manusia mengutuhkan hubungannya dengan realitas tertinggi (vertikal) dalam penyembahan dan hubungannya secara horizontal.1
Agama itu timbul sebagai jawaban manusia atas penampakan realitas tertinggi secara misterius yang menakutkan tapi sekaligus mempesonakan Dalam pertemuan itu manusia tidak berdiam diri, ia harus atau terdesak secara batiniah untuk merespons.Dalam kaitan ini ada juga yang mengartikan religare dalam arti melihat kembali kebelakang kepada hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan tuhan yang harus diresponnya untuk menjadi pedoman dalam hidupnya.

santri kalong